Babi Guling di Kladian, digunakan sebagai sara
upacara otonan, Jumat (20/5).
Ketenaran
Bali ke seantero dunia, harus diakui dalam banyak hal telah menguntungkan
banyak orang. Pariwisata secara revolusioner telah mengubah wajah Bali dari
agraris religius menjadi modern religius. Fakta yang ada saat ini ketenaran
Bali telah dimanfaatkan banyak pihak. Tidak saja oleh orang Bali yang kebetulan
jeli melihat peluang, tetapi juga orang luar Bali, bahkan orang asing.
Celakanya, justru orang luar ini yang kebetulan banyak memiliki uang terkadang
lebih menentukan, termasuk memengaruhi oknum di pemerintah. Bali telah
dijadikan etalase untuk berbagai produk luar. Apapun yang berbau Bali, memiliki
nilai tawar yang lebih tinggi. Setidaknya lebih menggoda niat konsumen untuk
membeli. Mulai lahan bisnis kelas atas sampai sekedar cendramata meminjam nama
Bali. Kenyataan yang sering ditemui yaitu canang
sari yang menjadi ciri khas dari Bali khususnya yang beragama Hindu, sudah
tidak dibuat oleh orang Bali lagi, tetapi dibuat oleh orang yang berasal dari
luar Bali bahkan yang tidak beragama Hindu. Melihat kenyataan tersebut, lalu bagaimana
dengan babi guling?
Wayan Sariani adalah seoramg serati
(pembuat banten) yang berasal dari Desa Asahduren mengungkapkan bahwa, semula babi guling hanya digunakan untuk
sesaji (banten) atau sarana upakara
oleh orang Bali yang beragama Hindu. Perkembangan zaman, pertambahan penduduk,
dan aktivitas masyarakat yang semakin kompleks secara nyata berdampak pada
meningkatnya kebutuhan pangan. Di sisi lain juga berdampak pada cara pandang
masyarakat terhadap babi guling. Masyarakat tidak lagi memandang babi guling
sebagai sesaji semata, tetapi sudah dianggap komoditas yang bernilai ekonomi. Banyaknya
kunjungan wisata ke Pulau Bali memberi peluang untuk menjadikan babi guling
sebagai kuliner khas Bali yang layak ditawarkan. Maka, jadilah babi guling
sebagai pangan siap saji, yang merupakan salah satu alternatif untuk memperkaya
menu berbasis bahan lokal. Kondisi tersebut telah member peluang munculnya
usaha di bidang warung makan babi guling. Terbukti belakangan ini babi guling
dapat dengan mudah dijumpai di mana-mana. Dijual-belikan sebagai makanan
bergengsi di warung-warung makan yang tersebar di semua kabupaten dan kota di
Bali. Penjual jasa babi guling juga banyaj bermunculan. Baik untuk keperluan
sesaji, maupun untuk dijual ke rumah makan. Konsumen bisa memilih, ingin ukuran
kecil, sedang atau besar, siap diantar sampai tujuan. Singkatnya, bisnis babi
guling telah mampu menambah lapangan pekerjaan bagi orang Bali yang beragama
Hindu, bahkan etnis lain yang mentoleransi daging babi.
Kebutuhan babi guling di Bali akan
semakin meningkat, hal ini di samping karena masyarakat Bali yang sebagian
besar tidak mengaharamkan daging babi, kunjungan wisatawan domestik maupun
mancanegara ke Bali juga semakin meningkat. Wisatawan penikmat daging babi yang
berkunjung ke Bali belum merasa lengkap mengenal Bali bila tidak mencicipi babi
guling. Maka wajar kemudian bisnis babi guling di Bali, terutama di
daerah-daerah wisata belakangan semakin berkembang. Melihat kondisi tersebut,
bisnis babi guling member dampak positif terhadap perkembangan peternakan babi
di Bali. Asalanya, bahan baku babi guling yaitu babi muda dengan berat badan
antara 20-60 kg, pemintaanya pastilah ikut naik. Jumlah warung makan babi
guling yang terus meningkat pasti juga memerlukan babi yang lebih banyak.
Definisi babi guling sebenarnya
sangatlah sederhana. Dari nama sudah bisa dipahami apa yang dimaksud babi
guling. Babi guling adalah masakan khas Bali, dibuat dari seekor babi utuh yang
telah dibersihkan, dalam proses pembuatannya diguling-gulingkan di atas bara
api. Babi guling yang matang ditandai dengan perubahan warna kulit dari putih
menjadi cokelat kemerah-merahan. Sudana menyebutkan, babi guling adalah salah
satu makanan tradisional yang dahulu hanya dikonsumsi pada waktu upacara,
kemudian dimakan bersama-sama oleh masyarakat yang menyajikannya. Babi guling
sering disebut be guling oleh
masyarakat Bali. Penilaian terhadap babi guling Bali, yang jelas orang Bali
penikmat babi guling yang kebetulan sedang merantau jauh, sering dibuat iseng
(rindu) olehnya. Di luar negeri, orang
Bali yang merantau misalnya ke Jepang sesekali membuat babi guling bersama-sama
rekannya di sana untuk menghilangkan rasa rindu dan mengenang leluhur. Ada
semacam hubungan bathin antara orang Bali dengan babi guling. Hubungannya yang
bukan karena sekedar babi guling menerbitkan air liur mengundang selera makan,
tapi hubungan yang jauh lebih dalam. Karena sudah menjadi bagian dari adat,
tradisi, dan budaya orang Bali yang beragama Hindu. Itulah babi guling di Bali.
ternyata bisnis babi guling sekarang sangat menjanjikan ya? jadi saya tertarik dengan mulai berbisnis babi guling. terima kasih admin atas informasinya
BalasHapusterima kasih postingannnya, setidaknya dengan blog ini masyrakat di luar bali mengetahui bagaimana pentingnya babi di bali.
BalasHapuskali adja ada masyrakat yang diluar bali melihat postingan ini bisa membuka bisnis babi guling di daerahnya sendiri.
sangat membantu, termakasih
BalasHapusSekarang sudah ada Babi Guling utuh pesan secara online di http://babigulingbali.com
BalasHapusAlhamdulilah !! Ternyata owh Ternyata, Dapat DUIT 4 Juta sampe
BalasHapusPuluhan Juta Sebulan, DISINI GAMPANG GAESS >>> Edenpoker,me
~ Bonus New Member Rp10.000
~ Bonus Next Deposit 5%
~ Minimal Deposit Dan WithDraw Rp15.000
~ Bonus Rollingan 0,3 - 0,5%
~ Bonus Referral Up 10% ( Seumur Hidup )