Rabu, 08 Maret 2017

BABI GULING DAN BALI






Babi Guling di Kladian, digunakan sebagai sara upacara otonan, Jumat (20/5).


Ketenaran Bali ke seantero dunia, harus diakui dalam banyak hal telah menguntungkan banyak orang. Pariwisata secara revolusioner telah mengubah wajah Bali dari agraris religius menjadi modern religius. Fakta yang ada saat ini ketenaran Bali telah dimanfaatkan banyak pihak. Tidak saja oleh orang Bali yang kebetulan jeli melihat peluang, tetapi juga orang luar Bali, bahkan orang asing. Celakanya, justru orang luar ini yang kebetulan banyak memiliki uang terkadang lebih menentukan, termasuk memengaruhi oknum di pemerintah. Bali telah dijadikan etalase untuk berbagai produk luar. Apapun yang berbau Bali, memiliki nilai tawar yang lebih tinggi. Setidaknya lebih menggoda niat konsumen untuk membeli. Mulai lahan bisnis kelas atas sampai sekedar cendramata meminjam nama Bali. Kenyataan yang sering ditemui yaitu canang sari yang menjadi ciri khas dari Bali khususnya yang beragama Hindu, sudah tidak dibuat oleh orang Bali lagi, tetapi dibuat oleh orang yang berasal dari luar Bali bahkan yang tidak beragama Hindu. Melihat kenyataan tersebut, lalu bagaimana dengan babi guling?
            Wayan Sariani adalah seoramg serati (pembuat banten) yang berasal dari Desa Asahduren mengungkapkan bahwa,  semula babi guling hanya digunakan untuk sesaji (banten) atau sarana upakara oleh orang Bali yang beragama Hindu. Perkembangan zaman, pertambahan penduduk, dan aktivitas masyarakat yang semakin kompleks secara nyata berdampak pada meningkatnya kebutuhan pangan. Di sisi lain juga berdampak pada cara pandang masyarakat terhadap babi guling. Masyarakat tidak lagi memandang babi guling sebagai sesaji semata, tetapi sudah dianggap komoditas yang bernilai ekonomi. Banyaknya kunjungan wisata ke Pulau Bali memberi peluang untuk menjadikan babi guling sebagai kuliner khas Bali yang layak ditawarkan. Maka, jadilah babi guling sebagai pangan siap saji, yang merupakan salah satu alternatif untuk memperkaya menu berbasis bahan lokal. Kondisi tersebut telah member peluang munculnya usaha di bidang warung makan babi guling. Terbukti belakangan ini babi guling dapat dengan mudah dijumpai di mana-mana. Dijual-belikan sebagai makanan bergengsi di warung-warung makan yang tersebar di semua kabupaten dan kota di Bali. Penjual jasa babi guling juga banyaj bermunculan. Baik untuk keperluan sesaji, maupun untuk dijual ke rumah makan. Konsumen bisa memilih, ingin ukuran kecil, sedang atau besar, siap diantar sampai tujuan. Singkatnya, bisnis babi guling telah mampu menambah lapangan pekerjaan bagi orang Bali yang beragama Hindu, bahkan etnis lain yang mentoleransi daging babi.
            Kebutuhan babi guling di Bali akan semakin meningkat, hal ini di samping karena masyarakat Bali yang sebagian besar tidak mengaharamkan daging babi, kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Bali juga semakin meningkat. Wisatawan penikmat daging babi yang berkunjung ke Bali belum merasa lengkap mengenal Bali bila tidak mencicipi babi guling. Maka wajar kemudian bisnis babi guling di Bali, terutama di daerah-daerah wisata belakangan semakin berkembang. Melihat kondisi tersebut, bisnis babi guling member dampak positif terhadap perkembangan peternakan babi di Bali. Asalanya, bahan baku babi guling yaitu babi muda dengan berat badan antara 20-60 kg, pemintaanya pastilah ikut naik. Jumlah warung makan babi guling yang terus meningkat pasti juga memerlukan babi yang lebih banyak.
            Definisi babi guling sebenarnya sangatlah sederhana. Dari nama sudah bisa dipahami apa yang dimaksud babi guling. Babi guling adalah masakan khas Bali, dibuat dari seekor babi utuh yang telah dibersihkan, dalam proses pembuatannya diguling-gulingkan di atas bara api. Babi guling yang matang ditandai dengan perubahan warna kulit dari putih menjadi cokelat kemerah-merahan. Sudana menyebutkan, babi guling adalah salah satu makanan tradisional yang dahulu hanya dikonsumsi pada waktu upacara, kemudian dimakan bersama-sama oleh masyarakat yang menyajikannya. Babi guling sering disebut be guling oleh masyarakat Bali. Penilaian terhadap babi guling Bali, yang jelas orang Bali penikmat babi guling yang kebetulan sedang merantau jauh, sering dibuat iseng (rindu) olehnya. Di luar negeri,  orang Bali yang merantau misalnya ke Jepang sesekali membuat babi guling bersama-sama rekannya di sana untuk menghilangkan rasa rindu dan mengenang leluhur. Ada semacam hubungan bathin antara orang Bali dengan babi guling. Hubungannya yang bukan karena sekedar babi guling menerbitkan air liur mengundang selera makan, tapi hubungan yang jauh lebih dalam. Karena sudah menjadi bagian dari adat, tradisi, dan budaya orang Bali yang beragama Hindu. Itulah babi guling di Bali.

5 komentar:

  1. ternyata bisnis babi guling sekarang sangat menjanjikan ya? jadi saya tertarik dengan mulai berbisnis babi guling. terima kasih admin atas informasinya

    BalasHapus
  2. terima kasih postingannnya, setidaknya dengan blog ini masyrakat di luar bali mengetahui bagaimana pentingnya babi di bali.
    kali adja ada masyrakat yang diluar bali melihat postingan ini bisa membuka bisnis babi guling di daerahnya sendiri.

    BalasHapus
  3. Sekarang sudah ada Babi Guling utuh pesan secara online di http://babigulingbali.com

    BalasHapus
  4. Alhamdulilah !! Ternyata owh Ternyata, Dapat DUIT 4 Juta sampe

    Puluhan Juta Sebulan, DISINI GAMPANG GAESS >>> Edenpoker,me
    ~ Bonus New Member Rp10.000
    ~ Bonus Next Deposit 5%
    ~ Minimal Deposit Dan WithDraw Rp15.000
    ~ Bonus Rollingan 0,3 - 0,5%
    ~ Bonus Referral Up 10% ( Seumur Hidup )

    BalasHapus